Penyesalan Orang yang Celaka Akibat Lidahnya
Lidah tidak hanya dikenal sebagai anggota tubuh manusia yang tak bertulang, tetapi juga banyak dikenal dengan binatang buas. Mengapa demikian? karena apa yang dikeluarkan lidah bisa sangat berbahaya layaknya binatang buas. Alangkah indahnya jika lidah bisa dijaga dan dikendalikan sebaik mungkin.
Mulutmu harimaumu, peribahasa tersebut sering kali dianggap mempunyai konotasi negatif bahwa setiap kata yang kita lontarkan bisa menyakiti orang lain. Meski begitu, peribahasa ini juga punya makna bahwa setiap kata punya kekuatan yang sangat besar efeknya bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam kitab Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis karya Ibnu ‘Abdil Barr disebutkan:
قيل لبكر عبد الله المزني : إنك تطيل الصمت؟ فقال إن لساني سبع إن تركته أكلني
Bakr bin Abdillah al-Muzani ditanya, “kenapa engkau lebih banyak berdiam?” Jawabnya, “Sungguh lidahku adalah binatang buas. Kalau kubiarkan, aku yang dimakannya.”
Keterangan di atas sangat cukup untuk dijadikan pelajaran buat kita. Bahwa ada orang-orang yang celaka dan menyesal di dunia sebelum di akhirat, akibat lidahnya. Disinilah terlihat begitu besar Rasulullah menginginkan seluruh umatnya agar bisa selamat dan terus menjaga keimanannya dengan cara menjaga lisannya.
Lurusnya lidah menjadi acuan tepat untuk lurusnya hati dan keimanan seseorang. Jika lidah tak bisa dijaga dan menyebabkan dirinya tergelincir, tentu hati dan imannya tak terarah. Di dalam Musnad Imam Ahmad dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Iman seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga hatinya istiqamah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga lisannya istiqamah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, tidak akan masuk surga. (HR. Ahmad)
Bahaya dan penyesalan yang ditimbulkan lidah memang salah satu perkara yang mendapat perhatian serius dalam Islam. Kerusakan itu dipicu oleh lidah yang lebih banyak membicarakan kebatilan. Seperti misalnya berbicara berlebihan, membahas hal-hal yang tidak penting dan menjurus pada bergunjing.
Lidah memang adalah bagian tubuh yang kecil namun mampu membangkitkan dan mematikan karakter seseorang. Karena itu sebelum bahaya dan penyesalan itu datang menyapa, banyak baiknya jika kita sudah membiasakan diri untuk menjaga lidah dengan sebaik-baik cara.
Sumber : bincangsyariah.com
Lidah tidak hanya dikenal sebagai anggota tubuh manusia yang tak bertulang, tetapi juga banyak dikenal dengan binatang buas. Mengapa demikian? karena apa yang dikeluarkan lidah bisa sangat berbahaya layaknya binatang buas. Alangkah indahnya jika lidah bisa dijaga dan dikendalikan sebaik mungkin.
Mulutmu harimaumu, peribahasa tersebut sering kali dianggap mempunyai konotasi negatif bahwa setiap kata yang kita lontarkan bisa menyakiti orang lain. Meski begitu, peribahasa ini juga punya makna bahwa setiap kata punya kekuatan yang sangat besar efeknya bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam kitab Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis karya Ibnu ‘Abdil Barr disebutkan:
قيل لبكر عبد الله المزني : إنك تطيل الصمت؟ فقال إن لساني سبع إن تركته أكلني
Bakr bin Abdillah al-Muzani ditanya, “kenapa engkau lebih banyak berdiam?” Jawabnya, “Sungguh lidahku adalah binatang buas. Kalau kubiarkan, aku yang dimakannya.”
Keterangan di atas sangat cukup untuk dijadikan pelajaran buat kita. Bahwa ada orang-orang yang celaka dan menyesal di dunia sebelum di akhirat, akibat lidahnya. Disinilah terlihat begitu besar Rasulullah menginginkan seluruh umatnya agar bisa selamat dan terus menjaga keimanannya dengan cara menjaga lisannya.
Lurusnya lidah menjadi acuan tepat untuk lurusnya hati dan keimanan seseorang. Jika lidah tak bisa dijaga dan menyebabkan dirinya tergelincir, tentu hati dan imannya tak terarah. Di dalam Musnad Imam Ahmad dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Iman seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga hatinya istiqamah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga lisannya istiqamah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, tidak akan masuk surga. (HR. Ahmad)
Bahaya dan penyesalan yang ditimbulkan lidah memang salah satu perkara yang mendapat perhatian serius dalam Islam. Kerusakan itu dipicu oleh lidah yang lebih banyak membicarakan kebatilan. Seperti misalnya berbicara berlebihan, membahas hal-hal yang tidak penting dan menjurus pada bergunjing.
Lidah memang adalah bagian tubuh yang kecil namun mampu membangkitkan dan mematikan karakter seseorang. Karena itu sebelum bahaya dan penyesalan itu datang menyapa, banyak baiknya jika kita sudah membiasakan diri untuk menjaga lidah dengan sebaik-baik cara.
Sumber : bincangsyariah.com